GYPSUM BLOCK SEBAGAI ALAT UKUR KADAR AIR TANAH
PADA TANAH LEMPUNG
Yosef C.S. Poernomo
Jurusan Teknik Sipil Universitas Kadiri
Jl. Selomangleng no. 1
yos_cs@yahoo.com
ABSTRACT
The general condition of soil water
content fluctuates from saturated, unsaturated to dry. It is caused by rain, environment
as well as the type of soil. This makes the soil behaving differently. This
research is directed to measure soil water content using a new method.
In this research, gypsum block is used to
measure the soil water content in clay. The soil used
in this research were non-organic with unsaturated codition. The gypsum blocks
worked depending on the ability to absorb water that could be measured by multymeter. The
gypsum blocks were in the form of cylinder
blocks having 3,7 cm high, 2,1 cm in diameter. Two cable tips were inserted
into the gypsum block at 1 cm spacing. The test for clay soils were conducted
on samples with volume of about 330 cm3.
Clay of 3% water content had resistance of 800 KΩ and the maximal
result of clay with 21% water content,
had 16 KΩ in resistance. Based on these data, correlations of water
content in gypsum block and soil water content were found to be nonlinear. The
correlations of the resistance of gypsum block in the clay w = 81,926 (R)-0,461 with level of R2 = 0,9524.
Keyword : gypsum block, soil water
content, clay, unsaturated.
PENDAHULUAN
Kondisi
kadar air dalam tanah dapat berubah–ubah yaitu dari keadaan jenuh, jenuh
sebagian maupun kering. Hal ini disebabkan oleh faktor hujan, faktor lingkungan
maupun sifat-sifat teknis tanah itu sendiri juga dapat menjadikan kondisi kadar
air dalam tanah berbeda perilakunya.
Tanah jenuh sebagian (unsaturated soil) terdiri dari tiga
bagian, yaitu butiran tanah (solid),
air (liquid) dan udara (gas). Beberapa pekerjaan teknik sipil
sering dilaksanakan di atas permukaan air tanah. Kondisi tanah jenuh sebagian (unsaturated soil) adalah kondisi tanah
yang berada di atas permukaan air tanah.
Gypsum
block selama ini telah sering digunakan dibidang pertanian untuk mengetahui
lengas tanah pada media tumbuh tanaman. Prinsip kerja dari alat ini adalah
memanfaatkan sifat hantar listrik dari air. Pada kondisi basah gypsum dapat
menyerap air tanah, maka akan mempunyai sifat
hantar listrik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui efektivitas penggunaan gypsum
block untuk mengukur kadar air tanah pada tanah granuler dan lempung dalam
kondisi tanah jenuh sebagian (unsaturated)
yang diuji di laboratorium serta dapat dimanfaatkan dalam lingkungan teknik
sipil.
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian mengenai pengujian gypsum block
untuk mengukur kadar air dalam tanah, selama ini dilakukan di bidang
pertanian pada tanah jenuh sebagian telah dilakukan oleh beberapa peneliti,
antara lain :
Skinner dkk, (1997) mengungkapkan 2
jenis gypsum block yang ditelitinya
dalam kedalaman 20 cm, 50 cm, 70 cm dan 100 cm, tahan 5 tahun untuk yang
terbungkus bahan alkalin dan 2-3 tahun untuk yang tidak terbungkus dalam
keadaan tanah normal atau dalam kadar lengas yang stabil. Hasil penelitian ini
menunjukkan tegangan lengasnya berkisar antara 60 sampai 600 kPa.
Campbell dan Clause (1998),
mengungkapkan 2 jenis gypsum block
dan 2 jenis alat ukur yang dapat digunakan dalam 3 posisi kedalaman yang disesuaikan
dengan panjang atau kedalaman dari akar tumbuhan yang ditanam, yaitu: Posisi I: 10 cm - 25 cm; posisi II: 50 cm -
60 cm; posisi III: 90 cm – 200 cm. Penelitian ini menghasilkan hubungan antara
lengas tanah dan tekanan hisap gypsum
block.
Goodwin (2000), mengungkapkan 2 jenis gypsum block yang didalamnya menggunakan
bantuan berupa silinder electroda dan yang lain normal atau menggunakan kabel
biasa. Alat ini dapat digunakan dalam kedalaman
A. 30 cm, B. 60 cm, C. 80 cm yang di ukur dengan tensiometer dari kedua gypsum block.
Dela (2001), mengungkapkan jenis gypsum block yang ditutup bagian atasnya
sebagai pengaman sensor lengasnya. Kalibrasi alat ini menggunakan CR-10 data
logger dengan pembacaan setiap 10 menit dalam 1-2 hari. Grafik hasil dari resapan
air dalam gypsum block ini
berbeda-beda, tergantung dari jenis tanah.
Werner (2002), mengungkapkan gypsum block yang di teliti telah diukur
dengan elektronik digital meter.
Dalam penelitian
ini gypsum block akan dicoba untuk
menghubungkan kandungan kadar air dalam tanah dengan kandungan kadar air gypsum block.
LANDASAN TEORI
Gypsum block adalah sebuah alat sensor untuk
pengukuran lengas atau kelembaban tanah yang selama ini diteliti dan dipakai dalam
bidang pertanian. Sebagian besar alat ini dipergunakan untuk memilih jenis
tanaman dan mengatur kelengasan atau kelembaban tanah untuk kesuburan tanaman
pada lahan yang akan dikerjakan.
Dalam hubungannya dengan teknik
sipil khususnya dalam ilmu geoteknik, gypsum
block dapat dikembangkan untuk mengukur kadar air dalam tanah. Selama ini
untuk mengetahui kadar air dalam tanah, harus melalui uji laboratorium dengan
pengambilan sampel tanah dari lapangan dan memerlukan waktu yang cukup lama.
Dengan gypsum block, cara ini dapat
dilakukan langsung dilapangan dengan waktu yang relatif singkat, dengan cara
langsung menanamkan gypsum block pada
tanah yang akan diteliti.
Gypsum blok terdiri dari sebuah gypsum padat yang
sudah di cetak berbentuk silinder dengan kisaran ukuran yang sudah ditentukan. Gypsum block dilengkapi dua electroda
dalam hal ini menggunakan kabel yang ditanamkan dalam gypsum block dengan jarak 1 cm (Scinner, 1997) dalam keadaan
electroda paralel atau searah, dapat dilihat pada Gambar 1. Kabel tersebut
digunakan sebagai sensor terhadap banyaknya air yang terserap ke dalam gypsum block. Hal ini dapat dibuktikan
setelah masing-masing kabel tersebut terhubungkan dengan multymeter, maka akan
terlihat hambatan arus listrik yang menandakan adanya kadar air di dalam gypsum block.
Gambar 1. Pemasangan kabel pada gypsum
block
Penggunaan multymeter ini sebagai
pengukur tahanan (resistance) atau
hambatan yang memerlukan tegangan searah dengan memasangkan tahanan yang diukur
secara seri dengan multimeter, maka bila tegangan sumber diketahui arus yang
lewat (terbaca) pada multimeter akan berbanding terbalik dengan harga tahanan
yang dipasang. Persamaan yang
digunakan untuk ini adalah :
(1)
dimana :
R = (resistance) tahanan atau hambatan yang terjadi (Ohm = W)
V = potensial listrik (Volt = V)
i =
pengukur arus listrik (Ampere = A)
jika V dinyatakan dalam volt dan i dinyatakan dalam ampere, maka hambatan
(R) akan dinyatakan dalam Ohm (W). Arus i adalah sama untuk semua
luas penghantar, walaupun luas penampang mungkin berbeda pada titik-titik yang
berbeda. (Halliday and Resnik, 1978)
Kadar air dalam gypsum block (w) dapat dihitung dengan
perbandingan antara berat air dalam gypsum (Ww)
dengan berat kering (Ws)
dapat dihitung dengan persamaan :
x 100 (2)
dimana :
w = kadar air dalam gypsum (%)
Ww = berat
air dalam gypsum (gr)
Ws = berat
kering gypsum (gr)
METODE
PENELITIAN
Pengujian
utama ini peneliti akan menguji kadar air tanah menggunakan gypsum block. Ada 2 jenis tanah yang akan
di uji yaitu tanah granuler dan lempung. Ada sedikit perbedaan dalam pengujian
2 jenis tanah tersebut yang dapat dilihat pada langkah-langkah pengujian utama
ini. Untuk memudahkan penelitian, digunakan tanah dengan kadar air 10 % sebagai
acuan awal. Selanjutnya akan diuji dalam berbagai variasi kadar air dalam
tanah.
Langkah-langkah
pengujian pada tanah granuler sebagai berikut:
1. Menyiapkan tanah granuler
2. Memasukkan tanah kedalam container besar dengan volume berkisar 330 cm3 dapat di
lihat pada Gambar 2.
7,8 cm
(Tabung) I = p r2 t
6,9 cm
Gambar 2. Container pengujian utama
3. Tanah dipadatkan sesuai dengan ketentuan dan di
timbang
4. Memasukkan gypsum
block yang telah di kaliberasi tepat ditengah-tengah tanah tersebut dan di
timbang, dapat dilihat pada Gambar 3.
5. Diperam dalam desikator
Multimeter
Kabel Uji
Gypsum block
Tabung Uji
Gambar 3. Skema model
pengujian utama
6. Selama pemeraman gypsum block diukur tahanan listriknya dengan multimeter hingga
keadaan konstan
7.
Menghubungkan
grafik kadar air antara gypsum block
dan tanah granuler.
Kadar
air pada gypsum block dalam tanah
granuler dapat secara konstan terbaca pada multimeter setelah tanah diperam
selama 2 sampai 3 jam. Namun setiap pengujian yang dilakukan dalam penelitian
ini memerlukan waktu 24 jam untuk memastikan kondisi kadar air pada gypsum block dalam keadaan konstan.
Langkah-langkah
pengujian pada tanah lempung sebagai berikut:
1. Tanah lempung dicetak dalam container besar dengan volume 330 cm3
2. Tanah dipadatkan sesuai dengan ketentuan dan ditimbang
3. Memasukkan gypsum
block yang telah dikaliberasi tepat ditengah-tengah tanah tersebut dan di
timbang
4. Tanah dikeluarkan dari container, ditimbang dan
diperam dalam desikator
5. Selama pemeraman gypsum block di ukur kadar airnya dengan multymeter hingga keadaan
konstan
6. Setelah keadaan konstan, diadakan penyemprotan
pada benda uji yang dimaksudkan untuk menambah kadar air dalam tanah (Gambar 4).
Gambar 4. Penyemprotan benda uji
7. Ditimbang dan diperam kembali, selama pemeraman gypsum block diukur kadar airnya hingga
keadaan konstan
8.
Menghubungkan
grafik kadar air antara gypsum block
dan tanah lempung.
Kadar
air pada gypsum block dalam tanah
lempung dapat secara konstan terbaca pada multymeter setelah tanah diperam
selama 24 sampai 48 jam. Namun setiap pengujian yang dilakukan dalam penelitian
ini memerlukan waktu 72 jam untuk memastikan kondisi kadar air pada gypsum block dalam keadaan konstan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengujian Properties Tanah
- Sifat–Sifat Fisik Tanah Granuler
Data yang diperlukan untuk
keperluan penelitian ini antara lain hasil analisis distribusi ukuran butiran
diplotkan kedalam grafik, specific
gravity dan pengujian untuk mendapatkan nilai kepadatan tanah. Hasil
pengujian dan analisis secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Sifat-sifat
fisik pasir Parangtritis, Kabupaten Bantul, Yogyakarta
Parameter |
Hasil Uji |
Specific gravity Kadar air Kepadatan tanah
(gd) Fraksi gravel Fraksi pasir Fraksi silt/clay |
3,12 0,25 % 1,96 gr/cm3 1,13 % 96,99 % 1,88 % |
2. Sifat-Sifat
Fisik Tanah Lempung
Hasil uji
pendahuluan ini antara lain hasil analisis distribusi ukuran butiran diplotkan
kedalam grafik, specific gravity dan
pengujian untuk mendapatkan nilai sifat fisik dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Sifat fisik tanah lempung Kedung Sari,
Sentolo, Kulonprogo, DIY
Parameter |
Hasil Uji |
Berat
jenis Batas cair
(LL) Batas
plastis (PL) Indeks
plastisitas (PI) Butir lolos
saringan
No. 200 Pasir Kerikil |
2,61 86,47 % 29,73 % 56,74 % 92,30 % 6,86 % 0% |
B.
Hasil Pengujian Kadar Air Gypsum Block
Pengujian kadar air gypsum block ini termasuk penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui variasi kadar air yang mungkin terjadi di dalam gypsum block. Penelitian ini akan dilakukan dalam 2 kelompok yaitu: 4 benda uji (A,B,C,D) digunakan pada tanah granuler dan 7 benda uji (E,F,G,V,W,X,Z) digunakan pada lempung. Masing-masing diuji kadar air 3 kali dan setiap 10 menit diukur tahanan yang terjadi dalam benda uji seperti yang terlihat dalam Gambar 5 dan Gambar 6.
Gambar 5. Hasil pengukuran tahanan pada gypsum A,B,C,D
Berdasarkan grafik hubungan pengukuran antara tahanan yang terjadi pada gypsum block A,B,C,D dengan berbagai
variasi kadar air (Gambar 5), maka diperoleh suatu persamaan yaitu:
w = 187,81 (R)-0,8223 dengan tingkat kesesuaian R2 = 0,9758
Gambar 6. Hasil pengukuran tahanan pada gypsum E,F,G,V,W,X,Z
Berdasarkan grafik hubungan pengukuran antara tahanan yang
terjadi pada gypsum block E,F,G,V,W,X,Z dengan berbagai variasi kadar air (Gambar 6),
maka diperoleh suatu persamaan yaitu:
w = 181,72 (R)-0,7584 dengan tingkat kesesuaian R2 = 0,9661
C.
Hasil Pengujian Kadar Air Tanah
1.
Uji kadar air terhadap gypsum block pada tanah granuler
Sampel
tanah granuler yang diuji adalah dengan kadar air sekitar 3%, 5%, 10%, 15%,
20%, diharapkan dapat mewakili semua variasi kadar air tanah. Data yang diambil
baik tanah maupun gypsum adalah meliputi berat kering, berat basah, berat air,
kadar air dan berat volume. Setelah mendapatkan hasil perbandingan antara kadar
air pada tanah granuler dengan kadar air dalam gypsum block dalam 5 kali uji untuk 4 sampel tanah granuler dengan
variasi kadar airnya, maka diperoleh hasil uji kadar air pada tanah granuler
dengan tahanan yang terjadi pada gypsum
block.
Hasil uji kadar air pada tanah
granuler ini, selanjutnya diplotkan pada grafik perbandingan kadar air pada gypsum block dan tanah granuler (Gambar 7) dan memperoleh hasil linier
sebagai berikut:
Gambar 7. Perbandingan kadar air pada gypsum block dan tanah granuler
Tahanan yang terjadi
pada 4 sampel tanah granuler diplotkan pada grafik yang menghubungkan antara
tahanan gypsum block dengan tanah
granuler dalam berbagai variasi kadar air (Gambar 8).
Gambar 8. Hasil pengukuran
tahanan gypsum block pada tanah granuler
Berdasarkan grafik hubungan pengukuran antara tahanan gypsum block dengan tanah granuler dalam
berbagai variasi kadar air (Gambar 8),
maka diperoleh suatu persamaan yaitu:
w = 123,66 (R)-0,7567 dengan tingkat kesesuaian R2 =
0,9686
2.
Uji kadar air terhadap gypsum block pada tanah lempung
Tahanan yang terjadi pada 7 sampel tanah lempung dengan
5 tahap penambahan air diplotkan pada grafik hubungan antara tahanan gypsum block dengan tanah lempung dalam
berbagai variasi kadar air (Gambar 9).
Gambar 9. Hasil pengukuran tahanan gypsum
block pada tanah
lempung
Berdasarkan grafik hubungan pengukuran
antara tahanan gypsum block dengan
tanah lempung dalam berbagai variasi kadar air (Gambar 9), maka diperoleh suatu persamaan yaitu:
w = 81,926 (R)-0,461 dengan tingkat kesesuaian R2 =
0,9524
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Gypsum block dapat digunakan untuk
mengukur kadar air tanah yang harus dikaliberasi di laboratorium untuk tanah granuler dan lempung jenuh sebagian (unsaturated).
2. Setiap gypsum
block dikaliberasi masing-masing dengan kadar air dari maksimal menuju
kering dan dapat di lihat pada multymeter.
3. Pengujian kadar air tanah yang telah
dilakukan pada tanah granuler adalah 3% sampai 20% air dan pada tanah lempung
3% sampai 25% dengan bantuan gypsum block silinder berukuran tinggi =
3,7 cm, diameter = 2,1 cm di
Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
4. Hasil pengujian pada tanah granuler dengan kadar
air 3% menunjukan hambatan 165 KW dengan kadar
air dalam gypsum block 10% dan hasil
maksimal pada tanah granuler dengan kadar air 20% menunjukan hambatan 13 KW dengan kadar air dalam gypsum block
61%.
5. Hasil pengujian pada tanah lempung dengan kadar
air 3% menunjukan hambatan 800 KW dan hasil
maksimal pada tanah lempung dengan kadar air 21% menunjukan hambatan 16 KW.
6. Hasil kaliberasi tahanan 2 kelompok gypsum block adalah:
Kelompok
I : w = 187,81 (R)-0,8223 dengan tingkat kesesuaian R2 = 0,9758
Kelompok
II : w = 181,72 (R)-0,7584 dengan tingkat kesesuaian R2
= 0,9661
7. Hasil kesesuaian tahanan gypsum
block pada kedua jenis tanah adalah:
Tanah
granuler: w = 123,66 (R)-0,7567 dengan tingkat
kesesuaian R2 = 0,9686
Tanah
lempung: w = 81,926 (R)-0,461 dengan tingkat kesesuaian R2 = 0,9524
8. Pada tanah lempung setelah penambahan kadar air
yang kelima sebagian sampel tanah sudah mulai rusak, tidak dapat memberikan
hasil maksimal.
9. Waktu yang dibutuhkan gypsum block untuk
mendapatkan tahanan hingga angka yang
konstan pada tanah granuler sekitar 3 jam, namun untuk memastikan keadaan
konstan, memerlukan waktu tunggu sampai 24 jam. Waktu yang dibutuhkan gypsum block untuk mendapatkan tahanan
hingga angka yang konstan pada tanah lempung sekitar 48 jam, namun untuk
memastikan keadaan konstan, memerlukan waktu tunggu sampai 72 jam.
SARAN
Saran yang dapat
diberikan untuk penelitian lanjutan adalah:
1. Modifikasi alat uji dalam hal ini adalah gypsum block terhadap tanah jenuh
sebagian dapat dikembangkan pada alat uji lainnya.
2. Pengujian dapat dikembangkan dengan pengukuran
kadar air gypsum block dan kadar air dalam tanah secara tersendiri pada
kapasitas yang lebih besar.
3. Gypsum
block sangat mungkin dikembangkan
untuk menguji suatu kondisi tanah dengan perbedaan suhu terhadap kadar air
dalam tanah.
Daftar
Pustaka
ASTM, 2003, Annual Book of ASTM standards Section 4 Volume 04.08 Soil and Rock (I): D 420 – D 5611.
Atkinson J.H. and Bransby P.L., 1978, The Mechanics of Soil, McGraw-Hill Book Company,
Campbell, J.M. and Clause, 1998, Using Gypsum Block For Measure Soil Moisture In Vineyards www.mea.com.au 22 Juni 2005.
Combe, E.C., 1992, Notes On Dental Materials, Sixth
Edition, Longman Group UK Limited, New York.
Dela, B.F., 2001, Measurement Of Soil Moisture Using Gypsum Block, www.by-og-byg.dk.com 25 Januari 2007.
Dunnicliff, J., and Green, G.E., 1993, Geotechnical Instrumentation for Monitoring Field Performance, John
Wiley and Sons, Inc.,
Fredlund, D.G. and Rahardjo, H., 1993, Soil Mechanics for Unsaturated Soils,
John Wiley and Sons, Inc.,
Goodwin, I., 2000, Gypsum Block for Measuring The Dryness of
Soil, www.dpi.vic.gov.au.com 18 Juni 2005.
Hardiyatmo, H.C., 2002, Teknik Fondasi I, Edisi Kedua, Beta Offset, Yogyakarta.
Hardiyatmo, H.C., 2002, Mekanika Tanah I, Edisi Ketiga, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Halliday, D. and Resnik, R., 1978, Physics, John Wiley and Sons,
Holtz, R.D. and
Kovacs, W.D., 1981, An
Introduction to Geotechnical Engineering, Prentice Hall, Inc., New Jersey
Lambe, T.W., 1951, Soil Testing for Engineers,
John Wiley & Sons, New York.
Microsoft Encarta Encyclopedia Standard 2004,
version 13.0.0.0531, 2004, Microsoft
Corporation, encwish@microsoft.com 12 Agustus 2006.
Rifa’i, A., 2002, Mechanical Testing and Modelling of An Unsaturated Silt, With Engineering Applications,
Ph.D. Disertation, EPFL Lausanne, Switzerland.
Skinner, A., Hignett, C. and Dearden, J.,(1997), Resurrecting The Gypsum Block for Soil
Moisture Measurement www.mea.com.au 22 Juni 2005.
Werner, H., 2002, Measuring Soil Moisture for Irrigation Water Management, www.agbiopubs.sdstate.edu/articles/FS876.pdf
25 Januari 2007.
1. Fakultas Teknik
Universitas Kadiri Kediri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar