BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tata guna lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanaan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri dan lainnya. Rencana tata guna lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman, dan pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya.
Penggunaan lahan adalah suatu
aktivitas manusia pada lahan yang berlangsung berhubungan dengan lokasi dan
kondisi lahan ( Sugiono, 2002). Penggunaan lahan adalah suatu proses yang
berkelanjutan dalam pemanfaatan lahan bagi maksud-maksud pembangunan secara
optimal dan effisien, penggunaan lahan
adalah wujud atau bentuk kegiatan pemanfaatan suatu bidang tanah pada
suatu waktu.
Perubahan pola dan intensitas
hujan perlu adanya kajian terhadap metode dan pendekatan analisis yang terkait
dengan air. Pola penggunaan lahan disuatu wilayah akan mempengaruhi jenis
penutup lahan (land coverage) yang selanjutnya berpengaruh terhadap pola aliran
permukaan.
Peningkatan intensitas hujan
dan perubahan pola penggunaan lahan ditengarai sebagai faktor utama penyebab
banjir yang sering terjadi belakangan ini. Sebagian dari hujan akan meresap
kedalam tanah (infiltration) dan sisanya akan mengalir menjadi aliran permukaan
(direct run off) yang akan ditampung oleh cekungan-cekungan (depression storage
) maupun oleh alur sungai. Berkurangnya kawasan terbuka alami mengurangi jumlah
air yang terinfiltasi.
Peningkatan penggunaan lahan
terbuka di lingkungan Universitas Kadiri, akan meningkatkan jumlah aliran
permukaan/ banjir, maka permasalahan yang ditinjau adalah hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan lokasi tinjauan terutama terhadap perubahan lahan
terbuka menjadi kawasan parkir yang ditutup dengan paving block.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan adalah : ” Bagaimana
pengaruh perubahan penutup lahan (paving block) terhadap besarnya jumlah aliran
permukaan ? ”
1.3. Batasan Masalah
Masalah
yang dibahas dalam kajian ini dibatasi sebagai berikut :
- Lokasi
kajian adalah lingkungan terutama
lahan parkir Universitas Kadiri
- Data
curah hujan dipakai asumsi curah hujan rata-rata di stasiun hujan terdekat
- Peta
kontur dan elevasi tanah, berdasarkan data asumsi pengamatan dilapangan
- Evapotranspirasi
diabaikan
1.4. Tujuan Kajian
Tujuan
dari kajian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan penutup lahan (
paving block ) terhadap besarnya jumlah aliran permukaan.
1.5. Manfaat Kajian
Manfaat yang dapat diambil dari kajian ini
adalah sebagai berikut :
- Manfaat
teoritis adalah menambah informasi dalam hal hidrologi , terutama terhadap
hubungan penutup lahan ( land coverage ) dengan aliran permukaan (run off
)
- Manfaat
praktis untuk mengetahui pola penggunaan lahan yang tepat untuk mengurangi
resiko banjir disuatu wilayah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Curah Hujan Daerah dan Analisa Rencananya
Untuk memperoleh data curah hujan, maka diperlukan
alat untuk mengukurnya, yaitu penakar hujan dan pencatat hujan.
Dalam penentuan curah hujan
data dari pencatat atau penakar hanya didapatkan curah hujan di titik tertentu.
2.1.1
Hujan
Hujan terjadi karena penguapan air, terutama dari permukaan air bebas yang naik ke atmosfer dan mendingin, kemudian jatuh sebagian di atas laut dan sebagaian lagi di atas daratan.
Air hujan yang jatuh di atas daratan sebagian meresap ke dalam tanah yang disebut infiltrasi. Sebagian ditahan oleh tumbuh-tumbuhan disebut interepsi, sebagian menguap kembali disebut evaporasi dan sebagian lagi menjadi lembab.
Air hujan yang masuk ke dalam tanah sebagian menguap melalui pori-pori di dalam tanah, hal demikian juga disebut evaporasi, demikian pula air yang ditahan oleh tumbuh-tumbuhan sebagian menguap kembali yang disebut transpirasi.
Air hujan sebagian ada juga yang ditahan oleh bagian-bagian tanah yang ledok, danau, rawa-rawa dan sebagainya, sisanya lagi mengalir melalui permukaan tanah menuju ke bagian-bagian yang rendah sampai mencapai suatu saluran ata sungai.
Air yang meresap ke dalam tanah, sebagian ada juga yang mengalir melalui pori-pori tanah, hal tersebut dinamakan perkolasi dan yang mencapai suatu saluran juga menjadi aliran saluran itu.
Jika hujan semakin banyak dan sudah lebih besar daripada kapasitas infiltrasi tanahnya dan kapasitas interepsi, semakin besar pula aliran melalui permukaan tanah, juga semakin banyak air yang mencapai saluran semakin besar pula aliran di dalam saluran itu menuju ke sungai.
Kalau dasar sungai lebih rendah daripada muka air tanah, maka ada juga air tanah yang mengalir ke sungai. Aliran sungai yang disebabkan oleh air tanah ini disebut aliran dasar (base flow). Sedangkan air sungai yang melalui permukaan tanah dan saluran-saluran disebut aliran permukaan (surface flow).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aliran air ada tiga macam, yaitu aliran air yang berasal dari permukaan tanah, bawah permukaan tanah dan kawasan air tanah.
Dari ketiga komponen aliran air tersebut akan membentuks atu kesatuan di sungai yang disebut aliran (run off) dari suatu daerah aliran. Sedangkan siklus perjalanan air hujan menjadi aliran meresap ke tanah dan menguap kembali serta ditampung dalam danau, rawa, laut dan lainnya dinamakan siklus hidrologi.
2.1.2
Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah merupakan ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Analisa intensitas curah hujan ini dapat dihitung dari data curah hujan yang terjadi di masa lampau. Intensitas curah dinotasikan dengan huruf I dengan satuan mm/jam, yang artinya tinggi curah hujan yang terjadi sekian mm dalam kurun waktu per jam.
Intensitas curah hujan umumnya dihubungkan dengan
kejadian dan lamanya hujan turun, yang disebut Intensitas Duration Frequency
(IDF). Untuk curah hujan
harian menurut Dr. Monobobe dirumuskan sebagai berikut :
I =
Dimana :
I = Intensitas
curah hujan harian (mm/jam)
t = Lamanya
curah hujan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).
2.2. Debit Banjir Rencana
Debit banjir rencana ini adalah merupakan debit
banjir maksimum dari suatu sungai, atau saluran yang besarnya didasarkan pada periode ulang tertentu. Debit banjir
ini dipergunakan untuk merencanakan kemampuan dan ketahanan suatu
bangunan-bangunan pengairan yan akan dibangun pada alur suatu sungai.
Perhitungan debit banjir rencana yang menggunakan metode rasional atau metode kesebandingan digunakan orang dalam menciptakan tata riol suatu daerah.
Q = 0.278 x C x I x A
Dimana :
Q = Debit banjir rencana (m3/det)
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
A = Luas daerah pengaliran (m2)
Koefisien Pengaliran ( C )
Tipe daerah aliran |
Harga C |
Rerumputan 1.
tanah pasir datar, 2 % 2.
Tanah pasir , rata rata 2 – 7 % 3.
Tanah pasir, curam > 7 % 4.
Tanah gemuk , datar 2 % 5.
Tanah gemuk, rata-rata 2 -7 % 6.
Tanah gemuk curam > 7 % |
0,05 - 0,10 0,10 – 0,15 0,15 – 0,20 0,13 – 0,17 0,18 – 0,22 0,25 – 0,35 |
Business 1.
Daerah kota lama 2.
Daerah pinggiran |
0,75 – 0,95 0,50 – 0,70 |
Perumahan 1.
Daerah single family 2.
Multi units, terpisah-pisah 3.
Multi unit, tertutup 4.
Suburan 5.
Daerah rumah-rumah apartemen |
0,30 – 0,50 0,40 – 0,60 0,60 – 0,75 0,25 – 0,40 0,50 – 0,70 |
Industri 1.
Daerah ringan 2.
Daerah berat |
0,50 – 0,80 0,60 – 0,90 |
Pertamanan
, kuburan |
0,10 – 0,25 |
Tempat
bermain |
0,20 – 0,35 |
Halaman
kereta api |
0,20 – 0,40 |
Daerah
yang tidak dikerjakan |
0,10 – 0,30 |
Jalan 1.
Beraspal 2.
Beton 3.
Batu |
0,70 – 0,95 0,80 – 0,95 0,70 – 0,85 |
Untuk
berjalan dan naik kuda |
0,75 – 0,85 |
Atap |
0,75 – 0,95 |
2.3.
Faktor-Faktor Penyebab Banjir
Banjir sebenarnya bukan merupakan suatu permasalahan selama peristiwa tersebut
tidak menimbulkan bencana bagi manusia; akan tetapi begitu banjir telah mengancam
kehidupan manusia, maka dimulailah upaya untuk mence-gahnya. Beberapa pakar
menjabarkan bahwa penyebab banjir diilustrasikan sebagai interaksi dari berbagai faktor
lingkungan alamiah (fisik) seperti curah hujan, kondisi topografi, serta lingkungan sosial yang
erat kaitannya dengan perubahan tata guna tanah khususnya di wilayah perkotaan.
Fenomena banjir yang terjadi, pada dasarnya disebabkan oleh dua hal yaitu:
Pertama, kondisi dan peristiwa alam, yang meliputi:
a. intensitas curah hujan yang
terjadi pada bulan-bulan tertentu, hingga mencapai lebih dari 100 mm dalam 10 menit,
b. topografi wilayah yang merupakan dataran rendah dengan lereng relatif landai, serta bentang cekungan sebagai kawasan tandon air,
c. secara geologi tanah-tanah tertentu termasuk
golongan tanah yang kedap air sehingga air mengalami kesulitan untuk berinfiltrasi;
d. penyempitan alur sungai dan pendangkalan
sungai akibat pengendapan material-material yang dibawa dari hulu ikut memberi
andil penyebab banjir,
e. pada saat terjadinya pasang
naik air
laut terjadi hujan dan air sungai yang menuju laut terbendung oleh pasang naik
akibatnya
air melimpah kedaratan.
Kedua sebagai akibat dari
aktivitas manusia, yang meliputi ;
a. perubahan penggunaan tanah ,dari yang semula merupakan situ, rawa, sawah, kebun, tanah kosong, dialih fungsikan penggunaan tanah menjadi permukiman, atau bangunan sarana-sarana lainnya;
b. penebangan liar pada hutan di wilayah hulu sebagai daerah tangkapan air (catchment area); hingga bukan saja berakibat terhadap terjadinya banjir akan tetapi juga terhadap kekeringan pada musim kemarau,
c. penyempitan bantaran sungai, sebagai akibat dari okupasi penduduk,
d. penduduk berprilaku yang kurang memahami pentingnya peran fungsi sungai, serta saluran drainase, dan pembuangan limbah (sampah),
e. kurangnya teknik penyerasian
bentuk-bentuk pembangunan saluran drainse yang erat kaitannya dengan karakteristik fisik wilayah perkotaan.
Pendapat tentang fenomena banjir di wilayah perkotaan, ditinjau dari sistem DAS yang dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik dan karakteristik curah hujannya; dan secara garis besar disebabkan oleh pembangunan pemukiman di dataran banjir; perubahan penggunaan tanah; curah hujan yang tinggi, dan saluran badan sungai mengecil, serta pendangkalan yang terjadi pada badan-badan sungai.
Banjir merupakan peristiwa terjadinya genangan di dataran banjir akibat luapan air sungai yang disebabkan debit aliran melebihi kapasitasnya. Selain akibat luapan air sungai, banjir dapat terjadi akibat hujan yang lebih karena kondisi setempat tidak lagi mampu mengalirkannya.
2.3. Keunggulan Pemakaian Paving Block
Pavingblok merupakan
produk bahan bangunan dari semen yang digunakan sebagai salah satu alternatif
penutup atau pengerasan permukaan tanah. Paving blok dikenal juga dengan sebutan bata beton (concrete block)atau
cone blok.
Paving block (bata
beton) adalah suatu komposisi
bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen
Diantara berbagai macam alternatif penutup permukaan tanah, paving block lebih memiliki banyak
variasi baik dari segi bentuk, ukuran, warna, corak dan tekstur permukaan,
serta kekuatan. Penggunaan paving blok juga dapat divariasikan dengan jenis
paving atau bahan bangunan penutup tanah lainnya.
Keunggulan Paving Blok
- Daya serap air melalui Paving Block menjaga keseimbangan Air tanah untuk menopang betonan/rumah diatasnya.
- Berat Paving Block yang relatif lebih ringan dari betonan/aspal menjadikan satu penopang utama agar pondasi rumah tetap stabil.
- Serapan air yang baik sekitar rumah / tempat usaha anda akan menjamin ketersediaan air tanah untuk bisa dibor/digunakan untuk keperluan sehari-hari.
BAB III
SARAN DAN REKOMENDASI
3.1. Pengaturan saluran drainase
Drainase jalan berfungsi
sebagai penampung air hujan yang jatuh dipermukaan perkerasan jalan dan bahu
jalan dan menyalurkannya ke saluran drainase utama. Drainase jalan sangat
penting karena berfungsi untuk melindungi ruang milik jalan, khususnya
perkerasan jalan dari genangan air. Air yang menggenang dipermukaan jalan
secara terus menerus atau berlangsung lama akan dapat memperlemah struktur
jalan atau menghancurkan konstruksi jalan tersebut
3.2.
Biopori, Untuk Air
Tanah dan Solusi Banjir
Biopori adalah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi
banjir dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Teknologi ini
dicetuskan oleh Dr. Kamir R Brata, salah satu peneliti dari Institut Pertanian
Bogor.
"Biopori meningkatkan daya resap air pada tanah yang dilakukan dengan membuat lubang-lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos.
Alat yang
digunakan untuk membuat Lubang Resapan Biopori adalah bor tanah (Bor Biopori)
atau alat lain yang dapat membuat lubang vertikal, seperti linggis dan alat
untuk mengeluarkan tanah dari mata bor. Jika ingin membuat sendiri, berikut
tips-tips yang dapat dilakukan.
1. Buat lubang
silindris di tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 30-100 cm serta jarak
antar lubang 50-100 cm.
2. Tanah yang
akan dilubangi disiram dengan air supaya mudah untuk dilubangi.
3. Mulut lubang
dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan lebar 2-3 centimeter serta
diberikan pengaman agar tidak ada anak kecil atau orang yang terperosok.
4. Lubang diisi
dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur, ranting pohon, sampah makanan
dapur non kimia, dsb. Sampah dalam lubang akan menyusut sehingga perlu diisi
kembali dan di akhir musim kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami
untuk makanan tanaman disekitar rumah.
5. Jumlah lubang
biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil hujan, laju resapan
air dan wilayah yang tidak meresap air dengan rumus = intensitas hujan (mm/jam)
x luas bidang kedap air (meter persegi) / laju resapan air perlubang (liter /
jam).
3.3. Paving Berumput, Alternatif lapangan parkir yang membantu
mengurangi banjir dan polusi.
Paving berumput adalah salah satu solusi yang bukan hanya dapat membantu peresapan air, tetapi juga dengan rumput yang tumbuh bisa membantu mengurangi karbondioksida di udara. Paving juga kuat untuk mobil ataupun truk walaupun lebih disarankan untuk lokasi dengan lalu lintas yang rendah. Tempat parkir rumah dan kantor adalah 2 contoh yang sangat cocok menggunakan paving berumput. Tempat parkir biasanya diaspal, tanpa taman, tidak ada pohon sama sekali sehingga untuk menurut saya banyak sekali tempat parkir yang dibuat saat ini sangat-sangat tidak ramah lingkungan. Padahal kalau tempat parkir tersebut dibuat dari paving berumput, malah ditambah taman atap diatas rumah/ruko/mal tersebut, resapan air hujan akan jauh lebih baik.
Salah satu penyebab banjir
adalah air hujan yang tidak teresap ke dalam tanah. Padahal resapan air sangat
diperlukan bukan hanya untuk mencegah banjir tetapi juga untuk memperbaiki
kualitas dan kuantitas air tanah. Banyak orang yang lupa saat membuat tempat
parkir mobil, teras, atau jalanan dimana tanah tertutup rapat dengan beton dan
aspal.
Jadi beberapa keuntungan memakai paving berumput adalah:
·
Paving berumput mengurangi aliran air ke selokan dan menambah
resapan air tanah
·
Rumput bisa membantu mengurangi polusi gas, tetesan minyak
bahkan karat
·
Menambah estetika dan bisa dibuat pola yang
menarik
Yang perlu diperhatikan bila memakai paving berumput adalah, untuk rumput
bisa tumbuh dengan baik diperlukan matahari dan air yang cukup. Bila tidak
disiram rumput bisa kekeringan. Dan bila kekurangan matahari juga tidak tumbuh
dengan baik. Jadi paving berumput tidak bisa dipakai untuk tempat yang
berkanopi sehingga kekurangan matahari.
Yang pasti kalau anda memakai paving berumput, anda tetap memiliki tempat
parkir + cadangan air tanah yang lebih baik. Dan pada akhirnya juga ikut
mengurangi banjir.
DAFTAR PUSTAKA
1. Biopori Teknoogi Tepat Guna Ramah Lingkungan , IPB,www.biopori.com
2. Dirjen Pengelolaan Air(2008). Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Sumur Resapan. Direktorat Jendral Pengelolaan Lahan Dan Air Departemen Pertanian
3. http://www.biopori .com/keunggulan_lbr.php
4. http://www.ideaonline.co.id/IDEA2013/Ekterior/Carport/Carport-Sekaligus-Area-Resapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar