Senin, 27 Juli 2015

PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP BESARNYA LIMPASAN PERMUKAAN (STUDI KASUS LINGKUNGAN UNIVERSITAS KADIRI)

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar belakang

Tata guna lahan (land use) adalah suatu upaya dalam merencanaan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri dan lainnya. Rencana tata guna lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-keputusan terkait tentang lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedung sekolah, pusat kesehatan, taman, dan pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya.

Penggunaan lahan adalah suatu aktivitas manusia pada lahan yang berlangsung berhubungan dengan lokasi dan kondisi lahan ( Sugiono, 2002). Penggunaan lahan adalah suatu proses yang berkelanjutan dalam pemanfaatan lahan bagi maksud-maksud pembangunan secara optimal dan effisien, penggunaan lahan  adalah wujud atau bentuk kegiatan pemanfaatan suatu bidang tanah pada suatu waktu.

Perubahan pola dan intensitas hujan perlu adanya kajian terhadap metode dan pendekatan analisis yang terkait dengan air. Pola penggunaan lahan disuatu wilayah akan mempengaruhi jenis penutup lahan (land coverage) yang selanjutnya berpengaruh terhadap pola aliran permukaan.

Peningkatan intensitas hujan dan perubahan pola penggunaan lahan ditengarai sebagai faktor utama penyebab banjir yang sering terjadi belakangan ini. Sebagian dari hujan akan meresap kedalam tanah (infiltration) dan sisanya akan mengalir menjadi aliran permukaan (direct run off) yang akan ditampung oleh cekungan-cekungan (depression storage ) maupun oleh alur sungai. Berkurangnya kawasan terbuka alami mengurangi jumlah air yang terinfiltasi.

Peningkatan penggunaan lahan terbuka di lingkungan Universitas Kadiri, akan meningkatkan jumlah aliran permukaan/ banjir, maka permasalahan yang ditinjau adalah hal-hal yang berkaitan dengan keadaan lokasi tinjauan terutama terhadap perubahan lahan terbuka menjadi kawasan parkir yang ditutup dengan paving block.

 

1.2. Rumusan  Masalah

            Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan adalah : ” Bagaimana pengaruh perubahan penutup lahan (paving block) terhadap besarnya jumlah aliran permukaan ? ”

 

1.3. Batasan Masalah

            Masalah yang dibahas dalam kajian ini dibatasi sebagai berikut :

  1. Lokasi kajian  adalah lingkungan terutama lahan parkir Universitas Kadiri
  2. Data curah hujan dipakai asumsi curah hujan rata-rata di stasiun hujan terdekat
  3. Peta kontur dan elevasi tanah, berdasarkan data asumsi pengamatan dilapangan
  4. Evapotranspirasi diabaikan

 

1.4. Tujuan Kajian

            Tujuan dari kajian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perubahan penutup lahan ( paving block ) terhadap besarnya jumlah aliran permukaan.

 

1.5. Manfaat Kajian

            Manfaat yang dapat diambil dari kajian ini adalah sebagai berikut :

  1. Manfaat teoritis adalah menambah informasi dalam hal hidrologi , terutama terhadap hubungan penutup lahan ( land coverage ) dengan aliran permukaan (run off )
  2. Manfaat praktis untuk mengetahui pola penggunaan lahan yang tepat untuk mengurangi resiko banjir disuatu wilayah.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

2.1. Curah Hujan Daerah dan Analisa Rencananya

Untuk memperoleh data curah hujan, maka diperlukan alat untuk mengukurnya, yaitu penakar hujan dan pencatat hujan.

Dalam penentuan curah hujan data dari pencatat atau penakar hanya didapatkan curah hujan di titik tertentu.

2.1.1                           Hujan

Hujan terjadi karena penguapan air, terutama dari permukaan air bebas yang naik ke atmosfer dan mendingin, kemudian jatuh sebagian di atas laut dan sebagaian lagi di atas daratan.

Air hujan yang jatuh di atas daratan sebagian meresap ke dalam tanah yang disebut infiltrasi. Sebagian ditahan oleh tumbuh-tumbuhan disebut interepsi, sebagian menguap kembali disebut evaporasi dan sebagian lagi menjadi lembab.

Air hujan yang masuk ke dalam tanah sebagian menguap melalui pori-pori di dalam tanah, hal demikian juga disebut evaporasi, demikian pula air yang ditahan oleh tumbuh-tumbuhan sebagian menguap kembali yang disebut transpirasi.

Air hujan sebagian ada juga yang ditahan oleh bagian-bagian tanah yang ledok, danau, rawa-rawa dan sebagainya, sisanya lagi mengalir melalui permukaan tanah menuju ke bagian-bagian yang rendah sampai mencapai suatu saluran ata sungai.

Air yang meresap ke dalam tanah, sebagian ada juga yang mengalir melalui pori-pori tanah, hal tersebut dinamakan perkolasi dan yang mencapai suatu saluran juga menjadi aliran saluran itu.

Jika hujan semakin banyak dan sudah lebih besar daripada kapasitas infiltrasi tanahnya dan kapasitas interepsi, semakin besar pula aliran melalui permukaan tanah, juga semakin banyak air yang mencapai saluran semakin besar pula aliran di dalam saluran itu menuju ke sungai.

Kalau dasar sungai lebih rendah daripada muka air tanah, maka ada juga air tanah yang mengalir ke sungai. Aliran sungai yang disebabkan oleh air tanah ini disebut aliran dasar (base flow). Sedangkan air sungai yang melalui permukaan tanah dan saluran-saluran disebut aliran permukaan (surface flow).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aliran air ada tiga macam, yaitu aliran air yang berasal dari permukaan tanah, bawah permukaan tanah dan kawasan air tanah.

Dari ketiga komponen aliran air tersebut akan membentuks atu kesatuan di sungai yang disebut aliran (run off) dari suatu daerah aliran. Sedangkan siklus perjalanan air hujan menjadi aliran meresap ke tanah dan menguap kembali  serta ditampung dalam danau, rawa, laut dan lainnya dinamakan siklus hidrologi.

2.1.2   Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan adalah merupakan ketinggian curah hujan yang terjadi pada suatu kurun waktu dimana air tersebut berkonsentrasi. Analisa intensitas curah hujan ini dapat dihitung dari data curah hujan yang terjadi di masa lampau. Intensitas curah dinotasikan dengan huruf I dengan satuan mm/jam, yang artinya tinggi curah hujan yang terjadi sekian mm dalam kurun waktu per jam.

Intensitas curah hujan umumnya dihubungkan dengan kejadian dan lamanya hujan turun, yang disebut Intensitas Duration Frequency (IDF). Untuk curah hujan harian menurut Dr. Monobobe dirumuskan sebagai berikut :

I =

Dimana :

I          =   Intensitas curah hujan harian (mm/jam)

t          =   Lamanya curah hujan (jam)

R24      =   Curah hujan maksimum dalam 24 jam (mm).

2.2. Debit Banjir Rencana

Debit banjir rencana ini adalah merupakan debit banjir maksimum dari suatu sungai, atau saluran yang besarnya didasarkan pada periode ulang tertentu. Debit banjir ini dipergunakan untuk merencanakan kemampuan dan ketahanan suatu bangunan-bangunan pengairan yan akan dibangun pada alur suatu sungai.

Perhitungan debit banjir rencana yang menggunakan metode rasional atau metode kesebandingan digunakan orang dalam menciptakan tata riol suatu daerah.

 

Q = 0.278 x C x I x A

 

Dimana :

            Q    = Debit banjir rencana (m3/det)

            C    = Koefisien pengaliran

            I     = Intensitas curah hujan (mm/jam)

            A   = Luas daerah pengaliran (m2)

 

 

 

 

Koefisien Pengaliran ( C )

 

Tipe daerah aliran

Harga C

Rerumputan

1.        tanah pasir datar, 2 %

2.        Tanah pasir , rata rata 2 – 7 %

3.        Tanah pasir, curam > 7 %

4.        Tanah gemuk , datar 2 %

5.        Tanah gemuk, rata-rata 2 -7 %

6.        Tanah gemuk curam > 7 %

 

0,05 -  0,10

 0,10 – 0,15

0,15 – 0,20

0,13 – 0,17

0,18 – 0,22

0,25 – 0,35

Business

1.        Daerah kota lama

2.        Daerah pinggiran

 

0,75 – 0,95

0,50 – 0,70

Perumahan

1.        Daerah single family

2.        Multi units, terpisah-pisah

3.        Multi unit, tertutup

4.        Suburan

5.        Daerah rumah-rumah apartemen

 

0,30 – 0,50

0,40 – 0,60

0,60 – 0,75

0,25 – 0,40

0,50 – 0,70

Industri

1.        Daerah ringan

2.        Daerah berat

 

0,50 – 0,80

0,60 – 0,90

Pertamanan , kuburan

0,10 – 0,25

Tempat bermain

0,20 – 0,35

Halaman kereta api

0,20 – 0,40

Daerah yang tidak dikerjakan

0,10 – 0,30

Jalan

1.        Beraspal

2.        Beton

3.        Batu

 

0,70 – 0,95

0,80 – 0,95

0,70 – 0,85

Untuk berjalan dan naik kuda

0,75 – 0,85

Atap

0,75 – 0,95

 

2.3.             Faktor-Faktor Penyebab Banjir

Banjir sebenarnya bukan merupakan suatu permasalahan selama peristiwa tersebut

tidak menimbulkan bencana bagi manusia; akan tetapi begitu banjir telah mengancam

kehidupan manusia, maka dimulailah upaya untuk mence-gahnya. Beberapa pakar

menjabarkan bahwa penyebab banjir diilustrasikan sebagai interaksi dari berbagai faktor

lingkungan alamiah (fisik) seperti curah hujan, kondisi topografi, serta lingkungan sosial yang

erat kaitannya dengan perubahan tata guna tanah khususnya di wilayah perkotaan.

Fenomena banjir yang terjadi, pada dasarnya disebabkan oleh dua hal yaitu:

Pertama, kondisi dan peristiwa alam, yang meliputi:

a. intensitas curah hujan yang

terjadi pada bulan-bulan tertentu, hingga mencapai lebih dari 100 mm dalam 10 menit,

b.  topografi wilayah yang merupakan dataran rendah dengan lereng relatif landai, serta bentang cekungan sebagai kawasan tandon air,

c.  secara geologi tanah-tanah tertentu termasuk

golongan tanah yang kedap air sehingga air mengalami kesulitan untuk berinfiltrasi;

d.  penyempitan alur sungai dan pendangkalan sungai akibat pengendapan material-material yang dibawa dari hulu ikut memberi andil penyebab banjir,

e.  pada saat terjadinya pasang

naik air laut terjadi hujan dan air sungai yang menuju laut terbendung oleh pasang naik

akibatnya air melimpah kedaratan.

 

Kedua sebagai akibat dari aktivitas manusia, yang meliputi ;

a.  perubahan penggunaan tanah ,dari yang semula merupakan situ, rawa, sawah, kebun, tanah kosong, dialih fungsikan penggunaan tanah menjadi permukiman, atau bangunan sarana-sarana lainnya;

b. penebangan liar pada hutan di wilayah hulu sebagai daerah tangkapan air (catchment area); hingga bukan saja berakibat terhadap terjadinya banjir akan tetapi juga terhadap kekeringan pada musim kemarau,

c. penyempitan bantaran sungai, sebagai akibat dari okupasi penduduk,

d. penduduk berprilaku yang kurang memahami pentingnya peran fungsi sungai, serta saluran drainase, dan pembuangan limbah (sampah),

e. kurangnya teknik penyerasian

bentuk-bentuk pembangunan saluran drainse yang erat kaitannya dengan karakteristik fisik wilayah perkotaan.

Pendapat tentang fenomena banjir di wilayah perkotaan, ditinjau dari sistem DAS yang dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik dan karakteristik curah hujannya; dan secara garis besar disebabkan oleh pembangunan pemukiman di dataran banjir; perubahan penggunaan tanah; curah hujan yang tinggi, dan saluran badan sungai mengecil, serta pendangkalan yang terjadi pada badan-badan sungai.

Banjir merupakan peristiwa terjadinya genangan di dataran banjir akibat luapan air sungai yang disebabkan debit aliran melebihi kapasitasnya. Selain akibat luapan air sungai, banjir dapat terjadi akibat hujan yang lebih karena kondisi setempat tidak lagi mampu mengalirkannya.

2.3.  Keunggulan Pemakaian Paving Block

Pavingblok merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan tanah. Paving blok dikenal juga dengan sebutan bata beton (concrete block)atau cone blok.
Paving block (bata beton) adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton..
Diantara berbagai macam alternatif penutup permukaan tanah, paving block lebih memiliki banyak variasi baik dari segi bentuk, ukuran, warna, corak dan tekstur permukaan, serta kekuatan. Penggunaan paving blok juga dapat divariasikan dengan jenis paving atau bahan bangunan penutup tanah lainnya.
Keunggulan Paving Blok

  1. Daya serap air melalui Paving Block menjaga keseimbangan Air tanah untuk menopang betonan/rumah diatasnya.
  2. Berat Paving Block yang relatif lebih ringan dari betonan/aspal menjadikan satu penopang utama agar pondasi rumah tetap stabil.
  3. Serapan air yang baik sekitar rumah / tempat usaha anda akan menjamin ketersediaan air tanah untuk bisa dibor/digunakan untuk keperluan sehari-hari.

 

 

BAB III

SARAN DAN REKOMENDASI

 

3.1. Pengaturan saluran  drainase

Drainase jalan berfungsi sebagai penampung air hujan yang jatuh dipermukaan perkerasan jalan dan bahu jalan dan menyalurkannya ke saluran drainase utama. Drainase jalan sangat penting karena berfungsi untuk melindungi ruang milik jalan, khususnya perkerasan jalan dari genangan air. Air yang menggenang dipermukaan jalan secara terus menerus atau berlangsung lama akan dapat memperlemah struktur jalan atau menghancurkan konstruksi jalan tersebut

3.2. Biopori, Untuk Air Tanah dan Solusi Banjir

 

Biopori adalah metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Teknologi ini dicetuskan oleh Dr. Kamir R Brata, salah satu peneliti dari Institut Pertanian Bogor. 

"Biopori meningkatkan daya resap air pada tanah yang dilakukan dengan membuat lubang-lubang pada tanah dan menimbunnya dengan sampah organik untuk menghasilkan kompos. 

 



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEitXzUfcGuQ6_7dA1lEdp0Es2yxW_TExv78k8BC76rQWDxtOYEykPsQKfOhCgC2DY3kHhjWKEYVPNZLzHdwjKRJMmve2mqGiILQFOkz2onHUwHydcPpfXKl5zqa1jKFV_3QekZtEh_Vr9Io/s320/lubang-biopori-lubangi.JPG     http://madanitec.com/wp-content/uploads/2011/03/biopori2.jpg

 

Alat yang digunakan untuk membuat Lubang Resapan Biopori adalah bor tanah (Bor Biopori) atau alat lain yang dapat membuat lubang vertikal, seperti linggis dan alat untuk mengeluarkan tanah dari mata bor. Jika ingin membuat sendiri, berikut tips-tips yang dapat dilakukan.

 

1. Buat lubang silindris di tanah dengan diameter 10-30 cm dan kedalaman 30-100 cm serta jarak antar lubang 50-100 cm.

2. Tanah yang akan dilubangi disiram dengan air supaya mudah untuk dilubangi.

3. Mulut lubang dapat dikuatkan dengan semen setebal 2 cm dan lebar 2-3 centimeter serta diberikan pengaman agar tidak ada anak kecil atau orang yang terperosok.

4. Lubang diisi dengan sampah organik seperti daun, sampah dapur, ranting pohon, sampah makanan dapur non kimia, dsb. Sampah dalam lubang akan menyusut sehingga perlu diisi kembali dan di akhir musim kemarau dapat dikuras sebagai pupuk kompos alami untuk makanan tanaman disekitar rumah.

http://i773.photobucket.com/albums/yy11/ojan87/lubang-biopori.jpg

 

5. Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil hujan, laju resapan air dan wilayah yang tidak meresap air dengan rumus = intensitas hujan (mm/jam) x luas bidang kedap air (meter persegi) / laju resapan air perlubang (liter / jam).

3.3. Paving Berumput,  Alternatif lapangan parkir yang membantu mengurangi banjir dan polusi.

Paving berumput adalah salah satu solusi yang bukan hanya dapat membantu peresapan air, tetapi juga dengan rumput yang tumbuh bisa membantu mengurangi karbondioksida di udara. Paving juga kuat untuk mobil ataupun truk walaupun lebih disarankan untuk lokasi dengan lalu lintas yang rendah. Tempat parkir rumah dan kantor adalah 2 contoh yang sangat cocok menggunakan paving berumput. Tempat parkir biasanya diaspal, tanpa taman, tidak ada pohon sama sekali sehingga untuk menurut saya banyak sekali tempat parkir yang dibuat saat ini sangat-sangat tidak ramah lingkungan. Padahal kalau tempat parkir tersebut dibuat dari paving berumput, malah ditambah taman atap diatas rumah/ruko/mal tersebut, resapan air hujan akan jauh lebih baik.

Paving

 

Salah satu penyebab banjir adalah air hujan yang tidak teresap ke dalam tanah. Padahal resapan air sangat diperlukan bukan hanya untuk mencegah banjir tetapi juga untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas air tanah. Banyak orang yang lupa saat membuat tempat parkir mobil, teras, atau jalanan dimana tanah tertutup rapat dengan beton dan aspal.

 

 


Paving rumput

 

Jadi beberapa keuntungan memakai paving berumput adalah:

·         Paving berumput mengurangi aliran air ke selokan dan menambah resapan air tanah

·         Rumput bisa membantu mengurangi polusi gas, tetesan minyak bahkan karat

·         Menambah estetika dan bisa dibuat pola yang menarik

Yang perlu diperhatikan bila memakai paving berumput adalah, untuk rumput bisa tumbuh dengan baik diperlukan matahari dan air yang cukup. Bila tidak disiram rumput bisa kekeringan. Dan bila kekurangan matahari juga tidak tumbuh dengan baik. Jadi paving berumput tidak bisa dipakai untuk tempat yang berkanopi sehingga kekurangan matahari.

Yang pasti kalau anda memakai paving berumput, anda tetap memiliki tempat parkir + cadangan air tanah yang lebih baik. Dan pada akhirnya juga ikut mengurangi banjir.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

1.            Biopori Teknoogi Tepat Guna Ramah Lingkungan , IPB,www.biopori.com

2.            Dirjen Pengelolaan Air(2008). Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Sumur Resapan. Direktorat Jendral Pengelolaan Lahan Dan Air Departemen Pertanian

3.            http://www.biopori .com/keunggulan_lbr.php

4.            http://www.ideaonline.co.id/IDEA2013/Ekterior/Carport/Carport-Sekaligus-Area-Resapan

 

 

 

                                                                                                

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar